Pada
masa ketika tembok Berlin masih berdiri, ada beberapa orang Berlin
Timur yang memutuskan untuk mengirim “bingkisan” kepada tetangga mereka di
Berlin Barat. Mereka mengisi sebuah truk pengangkut tanah dengan
barang-barang yang tidak diinginkan, seperti, sampah, puing-puing bangunan,
dan banyak lagi barang yang menjijikkan yang dapat mereka temukan. Mereka
dengan tenang membawa bingkisan itu melintasi perbatasan, mendapat izin
untuk lewat, dan mengirimkan bingkisan tersebut dengan membuangnya di
kawasan Berlin Barat.
Timur yang memutuskan untuk mengirim “bingkisan” kepada tetangga mereka di
Berlin Barat. Mereka mengisi sebuah truk pengangkut tanah dengan
barang-barang yang tidak diinginkan, seperti, sampah, puing-puing bangunan,
dan banyak lagi barang yang menjijikkan yang dapat mereka temukan. Mereka
dengan tenang membawa bingkisan itu melintasi perbatasan, mendapat izin
untuk lewat, dan mengirimkan bingkisan tersebut dengan membuangnya di
kawasan Berlin Barat.
Tidak sulit untuk menduga bahwa orang Berlin Barat
tersinggung karenanya dan
berpikir untuk memberikan balasan yang setimpal. Orang langsung mulai
menawarkan gagasan-gagasan mereta tentang cara membalasa perbuatan tak
terpuji itu.
berpikir untuk memberikan balasan yang setimpal. Orang langsung mulai
menawarkan gagasan-gagasan mereta tentang cara membalasa perbuatan tak
terpuji itu.
Tiba-tiba ada
seorang bijak datang ketengan mereka yang sedang mengumbar
nafsu amarah. Ia menawarkan sesuatu yang benar-benar berbeda. Yang sangat
mengherankan, orang menanggapi saran tersebut dengan senang hati dan mulai
mengisi sebuah truk sampai penuh dengan barang-barang yang terhitung langka
di kawasan Berlin Timur. Pakaian, makanan, obat-obatan, semua dinaikkan ke
dalam truk.
nafsu amarah. Ia menawarkan sesuatu yang benar-benar berbeda. Yang sangat
mengherankan, orang menanggapi saran tersebut dengan senang hati dan mulai
mengisi sebuah truk sampai penuh dengan barang-barang yang terhitung langka
di kawasan Berlin Timur. Pakaian, makanan, obat-obatan, semua dinaikkan ke
dalam truk.
Mereka membawa truk bermuatan penuh itu melintasi
perbatasan, kemudian
dengan hati-hati membongkar dan menyusun barang-barang berharga itu di
tanah, dan meninggalkan sebuah pesan yang berbunyi, “Setiap orang memberi
sesuai dengan kemampunyannya untuk memberi.”
dengan hati-hati membongkar dan menyusun barang-barang berharga itu di
tanah, dan meninggalkan sebuah pesan yang berbunyi, “Setiap orang memberi
sesuai dengan kemampunyannya untuk memberi.”
Kita dapat membayangkan bagaimana reaksi mereka
yang melihat “bingkisan
balasan” itu serta pesan yang tertulis bagi mereka. Perasaan mereka campur
aduk. Terkejut. Malu. Kehilangan kepercayaan diri. Bahkan mungkin ada yang
menyesal.
balasan” itu serta pesan yang tertulis bagi mereka. Perasaan mereka campur
aduk. Terkejut. Malu. Kehilangan kepercayaan diri. Bahkan mungkin ada yang
menyesal.
Yang kita
berikan kepada orang lain merupakan sebuah pesan yang jelas sekali
mengenai siapa kita. Cara kita menanggapi perbuatan tidak ramah, perbuatan
tidak adil, atau sikap tidak tahu terima kasih juga mencerminkan karakter
kita yang sesungguhnya. (230701)
mengenai siapa kita. Cara kita menanggapi perbuatan tidak ramah, perbuatan
tidak adil, atau sikap tidak tahu terima kasih juga mencerminkan karakter
kita yang sesungguhnya. (230701)
(sumber: My Inspiration.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar