Bila Cinta Berbicara
Suatu ketika, seorang wanita kelihatan
amat sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis.
Rupanya, dia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama-
lamanya.
Atas nasihat orang di desa, ia menemui seorang tua bijak
di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat
membantu menyelesaikan masalahnya. Kerana merasa amat cinta kepada
anaknya yang telah mati itu, ia amat berharap agar dapat bertemu dengan
orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh dengan cepatnya.
Sesampainya
disana, dia bertanya, “Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk
mengembalikan anakku?”
Sang Guru tidak berusaha untuk berbalah
atau menghalau wanita itu kerana permintaannya yang tidak masuk akal.
Dia
cuma berkata, “Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal
“kesedihan”. Setelah kamu bertemu bunga itu, kita akan bersama-sama
membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan kembali puteramu.”
Selesai
mendengar itu, wanita tersebut segera berangkat mencari kemahuan sang
guru.
Dalam perjalanan, dia nampak bingung. Tak ada satu petunjuk
pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hinggalah, dia tiba
di depan rumah mewah.
“Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah
mengenal kesedihan,”ucap wanita itu dalam hati.
Setelah mengetuk
pintu, dia berkata, “saya mencari rumah yang tidak pernah mengalami
kesedihan. Inikah tempatnya ?”
Wajah sang wanita masih
memperlihatkan raut bersedih. Dari dalam rumah, terlihat wajah yang tak
kalah sedih.
Pemilik rumah itu menjawab, “Kamu datang ke rumah
yang salah.”
Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang
dialami keluarganya . Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga
suami dan kedua orangtuanya kerana kemalangan. Si wanita berasa amat
kecewa.
Namun, dia menjadi terharu dengan cerita tuan rumah. Ia
berfikir, “Siapa yang boleh membantu orang yang nasibnya lebih malang
dari saya ini?”
Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan
menghiburkan pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, dia bersama
wanita pemilik rumah itu, saling bantu-membantu untuk menjalani hidup.
Beberapa
minggu berlalu, wanita itu pun berasa si tuan rumah sudah kelihatan
lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, ke
mana pun dia pergi, selalu bertemu kesedihan orang lain. Akhirnya, dia
berasa bertanggungjawab untuk menghiburkan semua orang yang
dikunjunginya. Hingga akhirnya, dia pun melupakan misinya.
Note :
Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.
Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam dukungan. Kedua belah tangannya sibuk membetulkan selimut si bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.
Kita
belajar makna cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sekarung padi
dan sejag air setelah seharian berpenat-lelah di sawah. Dalam dadanya,
tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.
Karena
cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata
penuh romantis. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di
muka bumi. Dari cahaya matahari, dari sepasang merpati, dari sujud dan
tengadah doa. Dari apapun!
Pada semua kelahiran yang bersambut
dengan cinta, hingga kematian dalam cinta, kita dalam hidup ini, tiada
lain selain mewujudkan cinta.
Karena itu, tiada yang boleh kita
lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha
Agung, Allah SWT.
Apapun keputusan-NYA buat kita, Allah yang
berbicara, yang menentukan untung-nasib kita, kerana setiap sesuatu yang
menyedihkan itu ada hikmah-Nya.
(dikutip dari:My Inspiration.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar