Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak
dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia
melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu
juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.
Hal kedua
yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan
membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang
lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih
pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya
dari kita. Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari
rumput di pekarangan sendiri. Ada cerita menarik mengenai dua pasien
rumah sakit jiwa.
Pasien pertama sedang duduk termenung sambil
menggumam, “Lulu, Lulu.”. Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan
masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, “Orang ini jadi
gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.” Si pengunjung manggut-manggut,
tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuninya terus
menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, “Lulu, Lulu”.
“Orang ini juga punya masalah dengan Lulu?” tanyanya keheranan. Dokter
kemudian menjawab, “Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.”
Hidup
akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki.
Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Cerita
terakhir adalah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena
kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian,
ia menjawab, “Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah
meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang. Kalau berhasil
selamat,saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua
saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena
saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”
Sumber: My Inspiration.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar